Kendaraan Listrik vs. Konvensional: Mana yang Lebih Menguntungkan?

Haristo Teddy Ramadhani
Content Writer
Setiap kali kamu menyalakan mesin mobil berbahan bakar bensin, kamu ikut menyumbang polusi udara. Gas buang dari kendaraan konvensional menjadi salah satu penyebab utama pencemaran udara dan perubahan iklim. Namun, bagaimana jika ada solusi transportasi yang lebih bersih, lebih hemat, dan lebih efisien?
Di era modern ini, kendaraan listrik (EV) semakin mendapat perhatian sebagai alternatif transportasi yang lebih ramah lingkungan. Banyak negara mulai beralih dari kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik demi mengurangi emisi karbon dan ketergantungan pada minyak bumi. Di Indonesia sendiri, dukungan terhadap kendaraan listrik semakin meningkat, dengan berbagai insentif dari pemerintah serta perkembangan infrastruktur pengisian daya.
Namun, apakah kendaraan listrik benar-benar lebih menjanjikan dibandingkan kendaraan konvensional? Artikel ini akan membahas berbagai aspek yang membuat kendaraan listrik semakin layak dipertimbangkan, mulai dari dampak lingkungan, efisiensi energi, hingga keuntungan finansial dalam jangka panjang.
3 Kelebihan Kendaraan Listrik yang Perlu Kamu Tahu
1. Ramah Lingkungan
Kendaraan listrik tidak menghasilkan emisi gas buang seperti kendaraan berbahan bakar fosil, sehingga lebih bersih dan tidak mencemari udara. Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana, transportasi global menyumbang lebih dari sepertiga emisi CO₂ dari sektor pengguna akhir, dan transportasi jalan raya saja menyumbang sekitar seperenam emisi global. Ia menekankan bahwa sistem transportasi yang berkelanjutan dan bersih sangat penting untuk memitigasi dampak lingkungan yang signifikan dari sektor ini (High-Level Closed-Door Ministerial Discussion, IEA’s 9th Global Conference On Energy Efficiency, Nairobi, 22 Mei 2024).
Tanpa asap atau gas buang, kendaraan listrik dapat membantu mengurangi polusi udara secara signifikan. Dampaknya bukan hanya pada lingkungan secara luas, tetapi juga langsung dirasakan oleh manusia. Saat ini, banyak orang mengalami batuk, mata perih, dan sesak napas akibat polusi udara, terutama di kota besar dengan tingkat emisi kendaraan yang tinggi. Dengan peralihan ke kendaraan listrik, kualitas udara yang lebih baik bisa dicapai, membawa manfaat bagi kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
2. Lebih Hemat Biaya
Meskipun harga beli kendaraan listrik lebih mahal dibandingkan mobil konvensional, biaya operasionalnya jauh lebih rendah. Pengguna kendaraan listrik bisa menghemat banyak uang karena tidak perlu membeli bensin, dan perawatannya lebih sederhana karena tidak memerlukan oli mesin atau banyak komponen bergerak lainnya. Saya sendiri berpikir, dalam jangka panjang, kendaraan listrik bisa jadi pilihan lebih ekonomis, terutama jika harga BBM terus mengalami kenaikan. Banyak orang mungkin belum menyadari ini, tetapi jika dihitung dalam 5–10 tahun ke depan, kendaraan listrik bisa jauh lebih hemat dibandingkan mobil berbahan bakar minyak.
3. Lebih Tenang dan Nyaman
Salah satu keunggulan kendaraan listrik yang sering tidak disadari adalah tingkat kebisingannya yang jauh lebih rendah dibandingkan kendaraan berbahan bakar bensin atau diesel. Fitur “quiet operation” ini memungkinkan pengalaman berkendara yang lebih tenang, tanpa suara mesin yang bising dan getaran berlebihan.
Hal ini bisa berdampak positif secara psikologis. Tanpa kebisingan berlebih, pengendara cenderung lebih rileks dan tidak mudah lelah saat berkendara, terutama dalam perjalanan jauh atau setelah seharian beraktivitas. Selain itu, suara bising dari kendaraan konvensional sering kali menjadi salah satu pemicu stres atau bahkan road rage (kemarahan di jalan). Dengan kendaraan listrik yang lebih hening, kemungkinan mengalami stres akibat suara bising bisa berkurang, sehingga perjalanan menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
Kendala Pengisian Daya yang Lama
Salah satu tantangan utama kendaraan listrik adalah waktu pengisian daya yang masih jauh lebih lama dibandingkan mengisi bahan bakar di SPBU. Jika mengisi bensin hanya butuh beberapa menit, pengisian daya mobil listrik bisa memakan waktu 30 menit hingga beberapa jam, tergantung jenis charger yang digunakan.
Sebagian besar kendaraan listrik saat ini mendukung fast charging, yang dapat mengisi baterai hingga 80% dalam waktu 30–60 menit. Namun, tidak semua pengguna memiliki akses ke stasiun pengisian daya cepat. Di rumah, misalnya, menggunakan charger standar bisa memakan waktu 6–12 jam untuk pengisian penuh. Hal ini bisa menjadi kendala bagi mereka yang memiliki mobilitas tinggi atau sering bepergian jarak jauh.
Selain itu, infrastruktur stasiun pengisian di beberapa daerah masih terbatas. Tidak semua kota memiliki cukup SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum), sehingga pengguna harus lebih cermat dalam merencanakan perjalanan agar tidak kehabisan daya di tengah jalan.
Ringkasan
Kendaraan listrik menawarkan banyak keuntungan dibandingkan kendaraan konvensional, terutama dalam hal ramah lingkungan, efisiensi biaya operasional, dan kenyamanan berkendara. Dengan tidak adanya emisi gas buang, kendaraan listrik berkontribusi pada kualitas udara yang lebih bersih, yang berdampak positif bagi kesehatan manusia. Selain itu, biaya perawatan dan pengisian daya yang lebih murah dibandingkan BBM menjadikannya pilihan lebih ekonomis dalam jangka panjang.
Namun, tantangan utama kendaraan listrik masih terletak pada durasi pengisian daya yang relatif lama serta keterbatasan infrastruktur pengisian di beberapa daerah. Meskipun teknologi fast charging terus berkembang, pengguna kendaraan listrik tetap harus mempertimbangkan aspek ketersediaan stasiun pengisian sebelum melakukan perjalanan jauh. Dengan dukungan pemerintah dan inovasi di sektor energi, kendaraan listrik semakin menjanjikan sebagai solusi transportasi masa depan yang lebih berkelanjutan.
Hubungi Kami
Bumandhala Consultant Group Perusahaan Konsultasi Lingkungan dan Teknik.
Kunjungi situs web kami di https://bumandhalaconsultantgroup.com/